Sponsored Post
*Pelajaran dari Anak Lelaki Temperamental*
Amarah bagai api yang menyala,
Menghanguskan hati tanpa ada sisa.
Seorang anak yang temperamental,
Diberi sekantung paku oleh sang ayah yang bijaksana.
Saat kesabaran hilang, ia memaku pagar,
Hari pertama 37 paku tertancap dengan kasar.
Namun hari berlalu, ia belajar menahan diri,
Lebih mudah mengendalikan amarah daripada menyakiti.
Tibalah hari tanpa satu paku pun,
Ia laporkan pada ayah dengan senyum yang terpancarkan.
Sang ayah tersenyum, memberi tugas baru,
Cabutlah semua paku, satu demi satu.
Dengan tekad, ia mulai mencabut tiap paku,
Hingga pagar kosong, tanpa yang tertancap lagi.
Namun sang ayah mengajak melihat lebih jauh,
Pagar penuh lubang bekas paku yang merusak wajahnya.
"Anakku," kata sang ayah dengan bijak,
"Kau telah berlaku baik, amarahmu kini terkendali.
Namun lihatlah lubang di pagar ini,
Begitu pula luka yang kau beri pada hati."
Setulus apapun maaf yang kau lontarkan,
Luka itu tetap ada, tertinggal dalam kenangan.
Mungkin telah dimaafkan, tetapi rasa sakit masih tersimpan,
Bekas luka itu tak hilang, hanya terpendam di dalam.
Amarah bukanlah kekuatan, melainkan kelemahan,
Berbuat baik adalah pilihan untuk kedamaian.
Hati-hatilah dalam berkata dan bertindak,
Jangan biarkan lubang luka tercipta di hati yang rapuh.
Semoga kisah ini jadi pengingat yang mendalam,
Bahwa kendali diri membawa ketenangan.
Berbuat baiklah, gunakan kesabaran,
Karena setiap sikap menciptakan jejak kehidupan. 🌟