*Merenungi Jaminan Rezeki dari Allah: Kisah Ahli Ibadah yang Mendapatkan Pelajaran Berharga*
*Merenungi Jaminan Rezeki dari Allah: Kisah Ahli Ibadah yang Mendapatkan Pelajaran Berharga*
Rezeki adalah salah satu wujud kasih sayang Allah yang menjamin kebutuhan seluruh makhluk-Nya. Namun, dalam perjalanan hidup, tidak jarang hati manusia berada pada titik keraguan—antara yakin sepenuhnya atau bertanya-tanya tentang bagaimana Sang Pemilik Semesta mengatur rezeki-Nya. Kisah seorang ahli ibadah yang mencoba menguji jaminan rezeki Allah ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.
*Rasa Ragu yang Menguji Keyakinan *
Seorang ahli ibadah, yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beribadah, tiba pada fase kehidupan di mana hatinya diguncang oleh pertanyaan tentang jaminan rezeki. Walaupun ia sangat yakin bahwa Allah adalah Ar-Razzaq (Sang Maha Pemberi Rezeki), keraguan kecil mulai mengusik hatinya. Ingin meneguhkan keyakinan, ahli ibadah tersebut memutuskan untuk melakukan ujian personal.
Ia memilih untuk pergi ke gurun pasir seorang diri, tanpa membawa bekal apapun. Dengan keyakinan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhannya, ia menegaskan niatnya untuk tidak meminta bantuan dari manusia dan tidak berusaha mencari makanan. Dengan begitu, ia hanya mengandalkan kasih sayang dan kemahakuasaan Allah.
*Pertemuan yang Mengubah Perspektif *
Sesampainya di gurun pasir, ahli ibadah tersebut beristirahat di atas sebuah batu besar. Lelah dan lapar, ia akhirnya tertidur di bawah terik matahari dan hembusan angin gurun. Allah, yang Maha Mengetahui kebutuhan setiap makhluk-Nya, tidak membiarkan hambanya yang sedang mencari keyakinan itu dalam keadaan kelaparan.
Allah mengutus para malaikat yang menyamar menjadi sekelompok kafilah untuk menemui ahli ibadah tersebut. Mereka datang membawa makanan dan memaksa ahli ibadah untuk makan. Walaupun awalnya ia menolak, namun akhirnya ia memakan makanan tersebut dengan berurai air mata. Di tengah tangisannya, ia berdoa dan berkata, “Ya Allah, sungguh kini tiada keraguan walau setetes untuk meyakini bahwa Engkau telah menjamin semua rezeki ciptaan-Mu. Ampuni hamba-Mu yang hina dina ini karena telah berada di antara ragu dan yakin terhadap kemahakuasaan-Mu.”
*Pelajaran dari Kisah Sang Ahli Ibadah *
Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini:
1. *Jaminan Rezeki Allah Tidak Pernah Gagal:* Allah telah menetapkan rezeki bagi seluruh makhluk, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kepergian ahli ibadah ke gurun pasir menunjukkan bahwa Allah selalu mengatur kebutuhan hamba-Nya, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil.
2. *Ragu adalah Bagian dari Ujian Iman:* Tidak semua keraguan adalah tanda kelemahan iman. Keraguan, jika dihadapi dengan benar, dapat menjadi jembatan untuk memperkuat keyakinan kita kepada Allah. Dalam kasus ahli ibadah tersebut, keraguannya berakhir dengan pelajaran berharga tentang betapa Allah selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan ciptaan-Nya.
3. *Ikhtiar adalah Bagian dari Ketentuan Allah:* Jaminan rezeki Allah bukan berarti meniadakan usaha. Keberadaan kafilah yang membawa makanan menunjukkan bahwa Allah memberikan jalan kepada hamba-Nya melalui perantara. Ikhtiar adalah bentuk pengabdian kita kepada-Nya yang juga merupakan bagian dari keyakinan.
*Renungan untuk Kita Semua *
Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada satu pun makhluk di bumi yang luput dari perhatian Allah. Dia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana dalam mengatur rezeki setiap makhluk. Ketika ragu mulai muncul, hendaknya kita segera merenungi tanda-tanda kebesaran-Nya, seperti penciptaan alam semesta, tumbuhan yang tumbuh, hujan yang turun, serta segala nikmat yang ada di sekitar kita.
Sebagai manusia, tugas kita bukan hanya untuk yakin, tetapi juga berusaha dan bertawakal kepada Allah. Dengan ikhtiar, kita menunjukkan penghargaan terhadap rezeki yang Allah berikan. Dengan tawakal, kita menyerahkan hasil usaha kita sepenuhnya kepada kehendak-Nya.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bahwa Allah adalah Ar-Razzaq, Sang Maha Pemberi Rezeki, yang selalu memerhatikan kebutuhan hamba-Nya tanpa pernah lupa atau keliru. Wallahu A’lam. 🌟