Sponsored Post
*Dalam Bayang Perpisahan*
Dengan degup yang gemuruh di dada, kuanyam kata ini bagai benang halus,
Meretas jalan menuju lorong perpisahan yang menyelimuti kita dalam gelap.
Aksara, kabar tentang waktu yang tak lagi berpihak mengguncangku,
Mengapa kebersamaan kita terasa seperti hembusan angin yang kian samar?
Mengapa langit takdir harus merobek harapan,
Memusnahkan mimpi-mimpi yang pernah kita lukis dalam warna paling cerah?
Aksara, kau seperti lentera rapuh yang berusaha mengalahkan angin malam,
Namun cahayamu perlahan terbenam, menyisakan bayangan sunyi di hatiku.
Kau bagai simfoni duka yang berdenting di tengah badai menggila,
Dan aku, penikmat nada-nada perih yang mengguratkan luka tanpa akhir.
Aksara, aku takut kehilangan yang merayap seperti kabut pekat,
Aku gentar menghadapi kehampaan yang mengintai dalam gelap setelah kepergianmu.
Kegelisahan ini menyusup di sela-sela napasku, malam-malam tanpamu menjadi gelap gulita.
Bagaimana jika pelukan ini adalah yang terakhir,
Dan aku tak lagi mampu mengikatmu dalam kenangan yang semakin memudar?
Aksara, cintaku padamu bagai nyanyian di tengah hujan yang meluluhkan bumi,
Bagai puisi yang tertulis dari tinta rasa sakit tak terperi.
Aku mencintaimu dalam kepedihan yang memancarkan keindahan tak kasat mata,
Aku mencintaimu seperti bayang-bayang bulan yang bersembunyi di balik awan kelam.
Setiap kata yang kutuliskan memahat kenangan yang menggema dalam relung,
Setiap desah cinta ini menjelma menjadi doa yang berkelana tanpa arah.
Aksara, meski takdir memaksaku melepasmu,
Aku tetap menggenggam harapan dalam bisikan malam.
Cintaku adalah gelombang, menjalari setiap inci perpisahan,
Cintaku adalah cahaya, meski tersembunyi di balik pekat kehidupan yang menyapa.
Aksara, hingga akhir waktu, aku akan mencintaimu,
Seperti simfoni abadi yang terus berulang dalam gema tak berkesudahan. 🌙